Saturday 28 March 2009

Foto Elis

















Wahai Anakku Inilah Nasehat Berharga Untukmu

WAHAI ANAKKU INILAH NASEHAT BERHARGA UNTUKMU

Wahai anakku yang tercinta dan mulia, semoga Allah memberimu usia panjang dengan taat kepada-Nya. Semoga Allah juga melapangkan jalanmu sebagaimana jalan para kekasih-Nya.
Wahai anakku, yang termasuk dari nasehat adalah apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya, bahwa beliau pernah bersabda : “Tanda berpalingnya Allah ta’aalaa dari seorang hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Orang yang kehilangan masa usianya yang tidak digunakan untuk ibadah, maka pasti ia akan mengalami penyesalan yang berkepanjangan. Barangsiapa sudah berumur 40 tahun, dimana kebaikannya tidak bisa menutupi keburukannya, maka bersiap-siaplah ia masuk ke dalam neraka”. Nasehat ini cukup bagi orang-orang yang berilmu.
Wahai anakku, nasehat itu mudah, yang sulit adalah menerima dan menjalankan nasehat tersebut. Bagi orang yang suka menuruti hawa nafsunya, nasehat itu terasa sangat pahit, sebab hal-hal yang dilarang agama sangat disukai dalam hatinya. Inilah nasehat-nasehatku :

1. Amalkan ilmumu.

Wahai anakku, janganlah engkau sampai miskin amal, namun jangan sampai tidak melakukan perbuatan baik. Yakinlah bahwa sesungguhnya ilmu yang tidak diamalkan pasti tidak ada faedahnya. Sebagaimana telah dijelaskan Allah dalam firman-Nya:“Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh, selain apa yang diusahakannya.”(QS. An-Najm:39). “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhan-Nya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang shalih.”(QS. Al-Kahfi:110). “Sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.’(QS. At-Taubah:82). Wahai anakku, selama engkau tidak beramal, maka engkau tidak akan mendapat pahala.Jika ilmu yang engkau miliki itu sudah cukup tanpa harus diamalkan, tentulah akan sia-sia tanpa ada faedahnya seruan dalam Hadits yang berkaitan dengan pengamalan, seperti meminta sesuatu kepada Allah, memohon ampunan dan bertobat kepada-Nya.

2. Janganlah niat menuntut ilmu untuk mencari keduniaan.

Wahai anakku, berapa malam engkau gunakan untuk mempelajari ilmu sampai engkau haramkan dirimu tidur. Engkau sungguh bersemangat dalam belajar. Jika niatmu belajar semata-mata untuk menghidupkan syariat Rasulullah SAW dan membersihkan akhlaqmu serta mengalahkan nafsu amarah yang selalu mengajak pada perbuatan jahat, engkau akan merasakan kebahagiaan dan keuntungan. Wahai anakku, hiduplah menurut apa yang kau kehendaki, tetapi ingatlah bahwa engkau pasti akan mati. Bersenang-senanglah terhadap apa yang engkau inginkan, tetapi ingatlah dirimu pasti berpisah dengannya. Lakukanlah perbuatan sesukamu nanti kau akan merasakan pembalasannya. Wahai anakku, ilmu tanpa amal adalah gila sedangkan amal tanpa ilmu itu tidak akan berhasil. Ingatlah, ilmu yang tidak bisa menjauhkan dirimu dari dunia berarti tidak bisa menjauhkanmu dari kemaksiatan dan tidak dapat mendorongmu semakin taat kepada Allah sehingga tidak bisa menyelamatkanmu dari jilatan neraka jahanam.

3. Ingatlah akan kubur.

Wahai anakku, jadikan cita-citamu yaneg kuat itu merasuk dalam jiwamu. Kalahkan hawa nafsumu. Kematian itu hanya berada di badan, karena sesuangguhnya tempatmu kembali yang sebenarnya adalah kubur dan ahli kubur senantiasa menunggu kedatanganmu setiap saat. Takutlah engkau apabila engkau datang kepada ahli kubur tanpa membawa bekal. Na’udzubillah min dzalik, jika engkau termasuk golongan binatang melata sebagaimana firman Allah : “Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi". (QS. Al-A’raaf:179). Jika demikian maka dipastikan bahwa engkau akan beralih dari dunia ini ke dalam jurang neraka.

4. Bertahajjudlah setiap malam.

Wahai anakku, pada sebagian waktu malam, bertahajjudlah engkau sebagai bentuk ibadah tambahan bagimu. Ini merupakan perintah Allah SWT : “Dan pada akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.”(QS. Adz-Dzaariyaat:18).

5. Sesuaikanlah perkataanmu dengan perbuatanmu.

Wahai anakku, diantara sarinya ilmu adalah ketika engkau mengetahui mana yang termasuk ketaatan dan mana yang termasuk ibadah. Sesungguhnya ketaatan dan ibadah itu saling terkait dalam perintah dan larangannya, dalam perkataan dan perbuatannya. Artinya, apa yang engkau ucapkan, engkau lakukan, dan engkau tinggalkan, semuanya mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Wahai anakku, sesuaikanlah perkataanmu dan perbuatanmu dengan pandangan hukum syariah, sebab jika ilmu dan amalmu tidak sesuai dengan hukum syariah, tentu ia akan membawa pada kesesatan. Sesungguhnya lisan yang tidak dikendalikan ucapannya dan hati yang tertutup oleh kelupaan dan syahwat merupakan tanda kerusakan. Maka, jika nafsumu tidak kau lawan dengan mujahadah yang sungguh-sungguh, dikhawatirkan hatimu akan mati dan tertutup dari cahaya ma'rifat.

6. Bertaqarrublah kepada Allah.
Wahai anakku, ada empat hal yang harus dilakukan oleh orang yang menempuh jalan kedekatan (bertaqarrub) kepada Allah, yaitu:
a. punya keyakinan yang benar dan jauh dari unsur bid’ah.
b.
melakukan tobat nashuha dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi kemaksiatannya.
c.
minta keridhaan orang yang pernah menjadi musuhnya, termasuk hal-hal yang menyangkut masalah hak Adami, sehingga tidak ada seorangpun yang berurusan dengannya dalam masalah hak Adami:
d.
belajar ilmu agama supaya bisa menjalankan perintah Allah dengan benar kemudian mempelajari ilmu-ilmu yang bisa menyelamatkan dirinya.

7. Carilah guru dalam bertaqarrub kepada Allah.
Ketahuilah anakku, orang yang giat beribadah dan mencari kedekatan kepada Allah harus mempunyai guru atau mursyid yang bisa menunjukkan dan membimbingnya pada kebenaran, dan juga bias mengeluarkannya dari belenggu akhlak yang buruk untuk diganti dengan akhlak yang mulia. Adapun syarat seorang guru (syekh) adalah sebagai berikut :
a.
Alim
Orang yang pantas menjadi penerus Rasulullah SAW haruslah orang alim. Akan tetapi tidak semua orang alim bisa menjadi penerus Rasulullah SAW. Di antara syarat orang alim yang pantas menjadi guru adalah berpaling dari kesenangan duniawi dan tidak menyukai pangkat dan kedudukan. Ia juga mempunyai seorang guru alim yang sangat hati-hati terhadap barang syubhat dan haram dan gurunya mempunyai guru lagi yang alim pula hingga menyambung terus menerus ke atas sampai pada Raulullah SAW.
b.Berakhlaq mulia
Mampu mengendalikan nafsunya, sedikit makannya, berbicaranya dan tidurnya dan suka memperbanyak shalatnya, shadaqah dan puasanya. Orang yang mencari keridhaan dan kedekatan kepada Allah harus mengikuti bimbingan gurunya. Namun ia sendiri harus beraklaq mulia dalam segala tingkah lakunya seperti sabar, tekun dalam menjalankan shalatnya, senantiasa bersyukur atas kenikmatan Allah yang diterimanya. Dan selalu bertawakkal kepada Allah dalam segala kehidupannya. Ia juga punya keyakinan kuat terhadap aqidahnya, punya sifat qana’ah atau menerima atas semua pemberian Allah yang diberikan kepadanya, hatinya tenang tidak mudah terbujuk oleh tipudaya duniawi, dan bersikap bijaksana dalam segala urusan yang dijalankan. Ia senantiasa merendahkan diri dan tidak berlaku sombong, mengerti terhadap kebenaran dan perkara yang haq, berperilaku jujur, punya rasa malu, selalu menepati janji, serta jiwa dan anggota tubuhnya senantiasa tenang dalam bertindak menghadapi berbagai masalah. Jika ada seorang guru yang memiliki sifat-sifat tersebut, berarti ia telah mendapatkan salah satu cahaya dari beberapa cahaya Rasulullah SAW. Maka ia layak diikuti dan memuliakannya secara lahir dan batin.
Sikap memuliakan yang bersifat lahir adalah tidak membantah atau melakukan perdebatan dengannya dan tidak banyak melakukan debat adu argumentasi dalam suatu masalah, meskipun engkau mengetahui kalau sang guru melakukan kesalahan. Tidak menggelar sajadah dihadapannya kecuali ketika sedang shalat dan jika sudah selasai sajadah hendaknya diangkat dari hadapannya. Melakukan pekerjaan atau amaliah yang diperintahkan oleh beliau menurut kadar kemampuan dan kekuatanmu.
Memuliakan guru secara batin adalah menerima apa saja yang didengar dan diajarkan olah sang guru tanpa ada keingkaran sedikit pun dalam hati, baik itu dalam bentuk pekerjaan maupun ucapan. Hal ini untuk menghindari sifat munafik. Jika diri merasa tidak mampu, untuk sementara sebaiknya tidak bergaul dekat dengan guru sampai batinmu bisa sesuai dengan tindakan lahir yang engkau lakukan.
Hendaklah menjauhi majelis orang-orang yang berperilaku buruk yang hatinya telah dikuasai oleh setan Hal ini untuk menjaga kebersihan hati dari gangguan dan kotoran syetan. Juga dalam segala tingkah laku kehidupanmu hendaknya engkau memilih hidup fakir daripada hidup kaya.
Ketahuilah bahwa tasawwuf itu ada dua yaitu isiqamah beribadah kepada Allah dan tenang (jauh) dari berurusan dengan makhluk. Barangsiapa senantiasa istiqamah dalam beribadah kepada Allah dan berbudi mulia bergaul dengan orang lain, serta sabar menghadapi tingkah laku mereka, maka dia sudah termasuk ahli tasawwuf. Istiqamah adalah menekan dorongan nafsunya pada perbuatan buruk untuk diganti dengan menjalankan perintah Allah SWT. Termasuk di antara budi pekerti baik terhadap manusia adalah tidak memaksa mereka supaya menuruti kehendakmu, tetapi justru engkaulah yang harus mengikuti kehendak mereka selama tidak bertentangan dengan hukum syariah.

8. Janganlah bertanya masalah yang sulit.
Wahai anakku, setelah hari ini janganlah engkau bertanya kepadaku masalah yang bisa menyulitkanmu, kecuali bertanya dalam hati saja, sebagaimana firman Allah: “Sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka…..”(QS. Al-Hujuraat:5). Janganlah tergesa-gesa melakukan sesuatu sampai tiba saatnya, tentu engkau akan diberi mukasyafah (tersingkapnya sesuatu yang tersembunyi) hingga engkau mengetahui sendiri. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:”Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (adzab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepadaKu mendatangkannya dengan segera”
(QS. Al-Anbiyaa’ :37).Oleh karena itu, janganlah engkau bertanya kepadaku sebelum waktunya dan yakinlah sesungguhnya engkau tidak bisa sampai kecuali dengan usaha.

9. Jagalah ilmumu, jangan sampai menjadi musuhmu.

Wahai anakku, ada nasehat untukmu dengan delapan perkara. Terimalah agar ilmumu tidak menjadi musuhmu pada hari Kiamat nanti. Tinggalkan empat perkara dan lakukanlah empat perkara. Empat perkara yang harus engkau tinggalkan adalah :
a. Memperdebatkan suatu masalah dengan siapapun menurut kemampuanmu
Sesungguhnya perdebatan itu banyak madharatnya dan dosanya lebih banyak daripada manfaatnya. Perdebatan juga memicu timbulmya akhlaq yang buruk seperti riya’, hasud, takabbur,terlukanya hati, permusuhan, sikap saling menonjolkan kelebihannya dan berbagai perbuatan buruk lainnya.
Jika masalah tersebut kejadiannya ada pada dirimu dan orang lain atau suatu kaum, dimana tujuanmu dalam membahas masalah
tersebut untuk menunjukkan kebenaran, janganlah sampai perkara yang haq menjadi sia-sia, maka engkau boleh membahas masalah itu. Meskipun demikian, ada dua hal yang harus engkau perhatikan :
1. Engkau tidak boleh membedakan dalam memutuskan kebenaran, baik keputusan itu lewat lisanmu maupun lewat lisan orang lain.
2. Membahas masalah tersebut di tempat sepi lebih baik daripada membahas di hadapan orang banyak.

b.
Menjadi juru nasihat atau tukang mengingatkan
Apabila suatu perbuatan banyak mudharatnya, kecuali jika engkau sudah menjalankan apa yang engkau nasihatkan. Ketika engkau sedang menasihati masyarakat, maka renungkanlah apa yang dikatakan kepada Nabi Isa as “Wahai Ibnu Maryam, nasihatilah dirimu sendiri sebelum menasihati oarng lain. Jika engkau sudah menjalankan (apa yang engkau nasihatkan) engkau baru boleh menasihati orang lain. Jika tidak demikian, malulah engkau kepada Tuhanmu”.
Apabila engkau dicoba Allah menjadi juru berdakwah maka berbicaralah dengan bahasa yang sederhana tidak berlebihan. Yang dimaksud dengan mengingatkan adalah mengingatkan adanya api akhirat dan kecerobohan diri dalam melayani Dzat Yang Maha Pencipta serta merenungkan umur yang sudah banyak dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang tidak berfaedah. Engkau harus banyak merenungkan apa yang akan terjadi dihadapanmu dari berbagai kesulitan dalam menuju kebahagiaan di akherat. Hendaklah dilakukan terus menerus supaya hatimu punya perasaan takut dan selalu ingat akan kobaran api neraka.
Tujuan memberikan peringatan adalah agar mereka mau meninggalkan kesenangan dunia menuju kesenangan mencari kebahagaiaan akhirat, meninggalkan kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah, meninggalkan tamak dunia menuju kezuhudan, meninggalkan kebakhilan menuju kedermawanan, meninggalkan keraguan dalam beriman dan beribadah menuju keyakinan, meninggalkan lupa kepada Allah menuju ingat selalu kepada-Nya dan meninggalkan tertipunya hati menuju pada ketakwaan.

c. Bergaul dengan orang-orang pemerintah atau penguasa dzalim dan tidak pula melihat mereka.
Demikian itu karena melihat dan bergaul dengan para penguasa banyak mudharatnya. Namun jika engkau diuji Allah terpaksa bergaul dengan penguasa, maka yang perlu engkau perhatikan adalah janganlah sekali-kali engkau memberikan pujian kepada mereka, sebab Allah sangat murka terhadap orang yang suka memuji orang fasik atau orang dzalim. Barangsiapa mendo’akan panjang umur bagi penguasa yang dzalim, berarti dirinya senang jika Allah didurhakai di bumi-Nya.

d. Menerima pemberian atau hadiah dari pemerintah atau penguasa dzalim, meskipun engkau mengetahui bahwa apa yang diberikan kepadamu itu hasil dari usahanya yang halal.
Hal ini harus dilakukan karena senang menerima pemberian penguasa dapat merusak agama, karena dapat melahirkan sikap mudahanah (mencari pujian). Juga dapat mempengaruhi dirimu untuk membela kedudukan penguasa tadi. Akhirnya engkau pun menyetujui perilaku dzalimnya, semua ini dapat merusak agama.Adapun kemadharatan yang paling ringan jika menerima pemberian penguasa adalah adanya perasaan senang di hatimu kepada penguasa tersebut setelah engkau memanfaatkan harta pemberiannya.Sudah menjadi hukum sosial bahwa siapa saja yang menyenangi seseorang, maka pasti dia akan mengharapkan orang yang disenangi itu panjang umurnya. Sebaliknya, menyenangi kelanggengan orang dzalim sama halnya mengharapkan adanya penganiayaan terhadap para hamba Allah, juga sama mengharapkan rusaknya alam.

Adapun empat perkara yang harus kamu lakukan adalah
a.. Jadikan hubunganmu dengan Allah seperti hubungan seorang budak dengan tuannya.
Bagaimana caranya seorang budak supaya tetap disenangi oleh tuannya, maka budak tersebut harus menjaga perasaan tuannya dan mengetahui kesenangan tuannya agar tuannya tidak sakit hati dan marah-marah kepada dirinya. Maka sang budak harus mematuhi aturan yang dibuat oleh tuannya dan melakukan hal-hal yang membuat tuannya senang. Demikian pula dengan dirimu, engkau harus tetap menjaga baik hubungan dengan Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sebab Allah adalah tuanmu yang sebenarnya.

b. Apabila engkau berhubungan dengan manusia tanamkan perasaan senang di hatimu kepada mereka, seperti engkau menyenangi dirimu sendiri.
Belum sempurna keimanan seseorang selama ia belum bisa menyenangkan orang lain sebagaimana ia menyenangi dirinya sendiri.

c. Ketika engkau mempelajari atau muthala'ah suatu ilmu, sebaiknya ilmu yang engkau pelajari itu adalah ilmu yang bisa membuat hatimu menjadi baik dan dapat membersihkan dirimu.
Hal ini apabila engkau mengetahui kalau umurmu itu tinggal satu minggu maka waktu yang pendek itu pasti tidak akan engkau gunakan untuk mempelajari ilmu fiqh, ilmu akhlaq, ilmu ushul, ilmu kalam dan ilmu lainnya lantaran engkau mengerti kalau mempelajari ilmu-ilmu itu membutuhkan waktu yang cukup lama, padahal sisa hidupmu tinggal satu minggu. Maka engkau akan sibuk diri dalam muraqabah, bertaqarrub kepada Allah, menyucikan hati, mengenali sifat-sifat diri-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang berbau keduniaan, serta membersihkan diri dari akhlak yang buruk. Engkau seharusnya menghabiskan sisa hidup.
hanya untuk beribadah kepada Allah dan berakhlaq mulia dengan sesama. Tiada siang dan malam engkau harus beribadah tekun kepada Allah untuk mempersiapkan kematian, sebab datangnya kematian ada di antara waktu tersebut.

d. Engkau tidak mengumpulkan harta dunia melebihi yang engkau makan setahun sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW tidak pernah menyediakan makanan lebih untuk semua istrinya, kecuali hanya untuk istri yang masih lemah hatinya.
Adapun bagi istri yang memiliki keyakinan kuat, maka Rasullah SAW tidak menyediakan makanan yang melebihi satu hari, kadang-kadang untuk makan setengah hari saja tidak cukup.
10. Janganlah lupa mendoakan guru.
Wahai anakku, jangan lupa setiap kali engkau berdoa kepada Allah memohon kebaikan, maka doakan pula gurumu.

Semoga Allah memberikan rahmat ta’dzim kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya seluruhnya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

(Nasehat Imam Al Ghazali untuk muridnya)


Kupersembahkan blog ini untuk anak-anakku, agar mereka tahu betapa kami sebagai orang tua selalu menyayangi dan mengasihimu meskipun engkau selalu nakal, ngeyel, ngambeg dal lain-lain, tapi kami tetap berharap engkau menjadi anak-anak yang sholehah. Amin