Friday 11 December 2009

MENDAMPINGI ANAK MENGENALI SEKSUALITASNYA ANTARA TANTANGAN & TUNTUTAN TERHADAP PERAN ORANG TUA MASA KINI

Copy Paste dari Note Kita dan Buah Hati

Dalam sebuah workshop, beberapa orang ibu merasa terkaget-kaget, bingung keheranan sekaligus “lemes”. Pasalnya setelah mendengar presentasi hasil pelatihan yang dilakukan oleh Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati di dapatkan data dari siswa/siswi kelas 4-6 SD yang menunjukan bahwa mereka (67%) sudah terpapar oleh media pornografi yang beragam. Mulai dari media komik, games play station,computer, internet, HP,film maupun majalah. Disamping itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka pun tidak kalah mengagetkan. Munculnya pertanyaan seperti: (Maaf) bagaimana memasukan alat kelamin pada pasangan dengan baik dan benar?, bagaimana rasanya menghisap kemaluan?dll. Belum lagi temuan-temuan dilapangan diperoleh; seorang siswi kelas 5 SD mengaku tidak bahagia jika dalam satu minggu tidak melihat dan berfikir tentang hal berbau porno. Di sekolah lain didapatkan bahwa seorang siswi kelas 5 SD berimajinasi melakukan hubungan seksual dengan pasangan, yang jadi persoalan adalah anak itu dapat berimajinasi seperti itu karena sering melihat tayangan yang menggambarkan adegan porno.
Kondisi tersebut diatas hanyalah sebagian kecil dari gambaran fenomena anak dan remaja kita saat ini. Untuk itu, sedini mungkin dirasakan perlu adanya pendidikan seksualitas anak sendiri oleh orang tua. Karena sesungguhnya tanggung jawab utama pendidikan seksualitas pada anak adalah orang tua.

MENGAPA PERLU PENDIDIKAN SEKSUALITAS?

Memang betul, dalam budaya kita hal-hal berbau seksualitas masihlah dianggap tabu oleh sebagian orang. Orangtua cenderung “risih” untuk membicarakan masalah seks dengan anaknya. Jika tiba-tiba anak bertanya mengenai hal-hal berbau seks, reaksi pertama yang timbul adalah kaget, gelagapan, menghindar, atau justru memarahi anaknya karena telah bertanya hal yang tidak sopan.
Padahal anak tetap membutuhkan informasi tersebut. Akibatnya, banyak yang mencari informasi dari teman-teman, majalah, film porno, dan dari sumber lain yang mungkin saja bisa salah. Jika informasi mengenai seks tidak dikunci dengan pemahaman agama, maka anak tidak akan tahu bahwa hal tersebut belumlah pantas sesuai dengan usianya dan menjadi terus berkelanjutan. Bahkan bisa seperti ilustrasi contoh diatas.
Dan sebaiknya yang diajarkan adalah Pendidikan Seksualitas bukan Pendidikan Seks. Mengapa? Karena kata seksualitas meliputi totalitas pribadi, bagaimana mengarahkan apa yang dipikirkan, dirasa dan bereaksi. Berbudaya, bersosial dan berseksual. Sedangkan Kata Seks bermakna gender laki-laki dan perempuan atau hubungan kelamin.

JADI APA YANG HARUS KITA LAKUKAN ?
PENGASUHAN SEKSUALITAS YANG BENAR, SEHAT DAN LURUS…

Artinya? Pengasuhan yang mengarahkan anak untuk memiliki seksualitas BENAR menurut tuntunan agama, SEHAT menurut ketentuan medis kesehatan, dan LURUS menurut norma yang berlaku sehingga tidak menyimpang. Pendidikan seksualitas ini sebaiknya diajarkan sedini mungkin, namun tetap disesuaikan dengan usia anak. Bagaimana Caranya ?

1. Ajari dan kenali anak dengan anggota tubuh mereka
Sedini mungkin anak mengenali bagian-bagian tubuhnya yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Nama-nama organ tersebut dan fungsinya. Yang pasti hal tersebut disesuaikan dengan usia anak. Hal ini sudah bisa dilakukan pada anak TK namun dengan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti.

2. Kenali anak 3 jenis sentuhan
Anak harus mengenali macam-macam sentuhan dengan maksud agar menghindari dan mengantisipasi diri dari pelecehan seksual. 3 jenis sentuhan tersebut adalah :Pertama, Sentuhan sayang yaitu sentuhan yang dilakukan oleh orang tua atau saudara dekat. Bagian yang disentuh adalah bagian umum seperti kepala, punggung dan lengan. Kedua, Sentuhan membingungkan yaitu sentuhan yang awalnya menyentuh dengan sayang bagian tubuh yang umum namun kemudian berlanjut dengan sentuhan yang buruk dibagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Ketiga, Sentuhan yang jelek, yaitu menyentuh bagian tubuh yang sensitive dari diri kita.

3. Kenali peran dan prilaku gender anak
Sedini mungkin anak dikenalkan pada jenis gendernya. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi bias gender nantinya. Pengenalan ini dilakukan dengan cara mengenalkan jenis kelamin, menggunakan pakaian, mainan dan berteman yang sesuai dengan jenis jendernya.

4. Ajarkan anak melindungi diri dari pengaruh lingkungan
Anak harus tahu apa saja yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari pengaruh buruk lingkungan. Ajari anak berani mengatakan TIDAK pada pengaruh buruk adalah bagian penting dari pendidikan seksualitas ini.

BAGAIMANA JIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS?

a) Tenang, control diri dan take it easy
Maksudnya adalah jika anak bertanya tentang seks diharapkan orang tua tidak menampakkan kekagetan atau kemarahan karena bisa jadi anak bertanya sesuatu yang memang dia sendiri tidak mengetahui arti dan maksudnya.

b). Jika belum tahu atau belum siap : tunda dengan jujur mengatakan bahwa orang tua belum tahu jawabanya dan akan mencari tahu lebih lanjut.

c). Jawab pertanyaan anak dengan prinsip KISS yaitu Keep Information Short and Simple artinya menjawab pertanyaan anak dengan jawaban yang singkat, jelas dan tepat.

d). Gunakan golden opportunity yaitu jangan lewatkan pengalaman berharga yang dialami bersama anak. Seperti melihat kumbang dan bunga, cicak yang berpasangan, atau kucing atau anjing yang berduaan.

e) Kunci segala penjelasan dengan nilai, norma dan agama. Selain anak tahu yang berlaku tetapi anak juga tahu yang sebenarnya menurut nilai dan norma agama yang berlaku sehingga anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

f) Sesuaikan jawaban dengan usia anak. Penjelasan terhadap anak taman kanak-kanak tentunya berbeda dengan jawaban pada anak SD atau SMP atau SMA

g). Berikan jawaban yang logis, benar dan rasional. Hal ini dimungkinkan karena anak akan lebih menerima jawaban yang dirasa masuk akal dan dianggap benar. Jika dikemudian hari di diketahui oleh anak bahwa kita mengada-ada maka itu akan berdampak pada kepercayaan dan keterbukaan anak pada kita

Akhirnya, dengan memberikan pendidikan seksualitas pada anak sejak dini diharapkan anak mampu membentengi diri dari pengaruh buruk lingkungan dan memiliki seksualitas yang Sehat, Benar dan Lurus.


Sumber : Smart Parenting

No comments:

Post a Comment

Kupersembahkan blog ini untuk anak-anakku, agar mereka tahu betapa kami sebagai orang tua selalu menyayangi dan mengasihimu meskipun engkau selalu nakal, ngeyel, ngambeg dal lain-lain, tapi kami tetap berharap engkau menjadi anak-anak yang sholehah. Amin